Pertananan dan Ketahanan Pangan Upaya Mewujudkan Kedaulatan Cita-Cita Proklamasi Bangsa
Oleh : Jacob Ereste
Mediapertiwi,id-Krisis pangan di negeri pertanian seperti Indonesia memang tragika dari akibat ulah manusia. Padahal, apapun yang ditanam di negeri ini, nyaris semua tetumbuhan bisa hidup dan menghasilkan produk pertanian yang melimpah ruah. Yang penting adalah hasrat untuk memelihara dan mengembangkannya, sehingga tidak semua hasil pertanian kita bisa diklaim Thailand, Bangkok bahkan buah-buahan dari China.
Padahal, buah-buahan langka yang tidak ada di negeri orang pun cukup banyak, hingga bisa menjadi produk unggulan yang tidak cuma menghasilkan devisa, tapi juga gengsi dan pamor Indonesia sebagai negeri yang gemah Ripah loh jinawi. Setidaknya untuk bera, kacang kedele, kacang hijau, jagung serta umbi-umbian yang khas Nusantara bisa dihasilkan oleh petani Indonesia dengan bimbingan dan pengarahan yang benar sampai kepada pasar lokal maupun pasar global.
Cerita tentang pertahanan dan ketahanan pangan masih menjadi mimpi, apalagi hendak mengembalikan masa kejayaan ketika bangsa-bangsa Eropa datang beramai-ramai pada sekitar tiga abad silam yang sangat kesengsem pada pala, cengkeh, kopi hingga gula bahkan kayu manis dan kapur Barus yang mampu dimaksimalkan produknya hari dengan tekat yang serius dari pihak pemerintah dengan cara memberi dukungan, bimbingan serta arahan yang disesuaikan dengan kemajuan jaman.
Suatu daerah misalnya Lampung hingga Palembang, dapat dijadikan pusat pengembang kopi. Demikian juga Jambi dan Bengkulu bisa menjadi penghasil cengkih hingga tembakau seperti yang tumbuh dengan baik di Danau Ranau hingga sebagian daerah Sumatra Barat.
Sikap serius dari pemerintah untuk untuk mewujudkan pertahanan dan ketahanan pangan bisa dimulai dari menggelorakan petani yang konsentrasi petani yang bercocok tanam bahan makanan pokok, untuk kemudian dikembangkan kepada petani yang berminat bercocok tanam jenis tanaman pendukung lainnya. Sebab pola petani Indonesia hari ini terkesan yang ingin serba cepat dan praktis menghasilkan uang untuk sekedar menutupi kebutuhan sehari-hari.
Oleh karena itu, good will pemerintah harus serius dan rinci memetakan pola bercocok tanam bagi petani Indonesia pada era milenial sekarang ini. Karena bagaimana pun, pola konsumsi masyarakat lokal hingga masyarakat global telah ikut bergeser, seperti misalnya tak lagi merasa lebih nyaman menikmati kopi hangat di warung yang dikelola dengan penampilan lama, karena kebutuhan -- terlebih gengsi -- yang harus disertai dengan tampilan dan suasana yang tak sekedar cuma menghadirkan kenyamanan, tetapi juga suasana santai yang mampu meredakan kesumpekan hidup sehari-hari.
Suasana di perkebunan rakyat yang masih bersifat tradisional pun perlu disesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan jaman, seperti penerangan listrik hingga sarana komunikasi yang canggih, bukan semata untuk memenuhi keperluan hidup, tetapi juga untuk mengatasi kejemuan saat berada jauh dari keramaian yang telah terlanjur menjadi bagian dari irama hidup. Artinya, pembangunan infrastruktur yang selama ini telah banyak dibangun oleh pemerintah, saatnya untuk diarahkan pada usaha produktif yang riil bagi rakyat untuk memiliki penghasilan ekonomi guna mencukupi kebutan hidup mereka yang selama ini terkesan seperti puasa rutin pada hari Senin dan Kamis.
Karena itu, gagasan untuk pemerintah Segers memetakan konsentrasi bercocok tanam bagi petani Indonesia harus segera dimulai agar mampu menghadapi krisis pangan serta kecenderungan menjadi konsumen dari bahan pangan impor yang sesungguhnya bisa dan mampu dihasilkan oleh petani Indonesia sendiri. Maka itu, penggunaan lahan produktif untuk dialih fungsikan harus lebih diperketat. Tidak semua lahan boleh ditanami beton atau sejenis bangunan yang masih bisa ditumpuk dalam satu blok tertentu yang telah terlanjur menjadi bangunan gedung yang cuma dapat dinikmati oleh segelintir orang kata semata.
Ketahanan pangan dan pertahanan pangan bangsa Indonesia harus segera dipersiapkan sekarang juga. Bukan semata untuk menghadapi krisis pangan yang akan melanda dunia, tapi lebih dari itu hakekat dari kedaulatan pangan merupakan bagian dari cita-cita kemerdekaan -- ingin menghapus penjajah (lewat pangan) bagi segenap warga bangsa Indonesia yang juga patut mandiri secara ekonomi dan berkepribadian dalam budaya yang khas dari masyarakat agraris.
Pecenongan, 1 Agustus 2024 .
Post a Comment