Memilih Pemimpin Yang Memiliki Aura dan ada Siluet Tuhan Diwajahnya
Oleh:Jacob Ereste
Mediapertiwi,id,-Upaya menghimpun pendapat umum yang dilakukan Atlantika Institut Nusantara (AIN) bersama Jurnalis Indonesia Bersatu (JIB) dan Komunitas Buruh Indonesia pada 13 Mei 2023 - 13 Juni 2023 tentang sosok pemimpin yang ideal untuk tingkat nasional maupun lokal minimal diantaranya adalah patuh dan taat pada UUD 1945 dan Pancasila serta memiliki tekat untuk mewujudkannya dalam perbuatan nyata sesuai dengan amanah pembukaan UUD 1945. Dalam kreteria Islam, sosok pemimpin yang ideal itu setidaknya bersikap adil, amanah, cerdas dan kuat serta teguh dalam bersikap, tidak mencla-mencle atau plonga-plongo, karena harus trengginas seperti konsep pemimpin ideal dalam keyakinan masyarakat Jawa.
Sikap dan sifat yang sidik (jujur) sehingga dia bisa benar-benar dipercaya oleh rakyat. Sedangkan tabligh dapat dipahami sebagai kemampuan berkomunikasi dengan baik pandai bermusyawarah atau melakukan negosiasi guna menemukan jalan keluar dari suatu masalah yang dapat diterima oleh banyak pihak.
Sedangkan sikap dan sifat amanah adalah keteguhan berpegang pada sikap dalam mempertanggung jawabkan tugas dan kewajiban yang diemban atau amanat dari banyak orang yang harus dilaksanakan.
Hingga akhirnya sifat dan sikap tabligh menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari karakter ideal seorang pemimpin yang senantiasa harus mendengar dan menyampaikan secara jujur berbagai masalah yang perlu untuk diketahui oleh mereka yang berkepentingan dalam masalah tersebut. Sehingga sikap dan sifat keterbukaan dapat menjadi nilai tambah atas kepercayaan dari orang banyak. Sehingga perilaku tidak jujur, dusta, ingkar janji bahkan khianat tidak akan terjadi serta tidak mengundang rasa curiga dari segenap pendukung maupun pengikut yang masuk dalam wilayah kepemimpinan yang tengah diperankan
Sedangkan fathonah, yaitu kecerdasan dalam membuat perencanaan hingga pelaksanaan gagasan yang telah dirancang sebelumnya (yang menjadi bagian dari visi dan missi) hingga strategi pelaksanaan semua program yang telah direncanakan sesuai dengan kesepakatan dan keputusan bersama orang banyak yang kompeten dalam bidang tersebut.
Implementasi dari seluruh program yang telah dirancang secara matang bersama para ahli yang mereka yang kompeten pada bidang tersebut, merupakan bagian dari sikap konsistensi untuk menjaga kepercayaan orang banyak yang berada langsung dibawah kepemimpinan yang merupakan otoritas dari kekuasaan yang senantiasa harus dijaga dan dipelihara sebagai kepercayaan yang tak boleh sedikit pun diabaikan.
Dalam konsepsi Islam, pengertian Ulil Amri pun dapat dijadikan patokan atau pegangan dalam memilih sosok pemimpin yang baik dan benar untuk mengemban amanah yang akan kita bebankan kepadanya. Sebab pemahaman Ulil Amri adalah seseorang atau sekelompok orang yang mau melakukan secara suka rela untuk mengurus kepentingan orang banyak atau umat. Karena itu -- dalam Islam -- umat wajib untuk taat dan patuh kepada Ulil Amri, sepanjang perintah itu tidak bertentangan dengan ajaran dan tuntunan agama yang dikirim dari langit. Oleh karena itu, konsepsi kepemimpinan dalam Islam adalah amanah, bukan sesuatu yang patut diminta, apalagi harus dikejar dan diperebutkan sampai harus bertumpahan darah.
Meski kepemimpinan sudah ditakdirkan juga akan mendapat kekuasaan dan wewenang yang sepatutnya digunakan untuk kebaikan serta memudahkan cara melayani rakyat.
Atas dasar itu, maka kepemimpinan dalam konsepsi Islam bukan sekedar kontrak sosial, tapi juga ikatan seorang pemimpin terhadap Tuhan. Dan dalam Al Qur'an, Surat Al Maidah 8, seorang pemimpin harus memiliki bayangan sifat-sifat Allah SWT seperti yang makna yang terangkum dalam Asmaul Husna, atau sifat dan sikap para Nabi seperti yang dimaksud dari pengertian etik profetik.
Karena memang tidak ada satu pun ajaran dan tuntunan Nabi yang diperoleh dari langit itu yang buruk. Karena semua ajaran dan tuntunan dari para Nabi itu sudah teruji dan tidak satu pun yang patut diragukan sejak 4000 tahun sebelum Masehi, semasa Nabi Ibrahim sampai hari ini. Setidaknya, untuk memilih sosok seorang pemimpin, perlu juga ditilik bobot dan kualitas keagamaannya -- apapun kepercayaan yang diyakininya -- karena keterkaitan alam dan manusia (sebagai makhluk paling mulia di bumi) tak mungkin berpaling atau mengabaikan Tuhan Yang Maha Esa seperti posisi utamanya dalam falsafah bangsa dan ideologi negara kita.
RS. Dharmais, 3 Juli 2023.
Post a Comment