Pemimpin Yang Berbasis Spiritual Kuat Tidak Akan Khianat Pada Rakyat dan Umatnya
Oleh:Jacob Ereste
Mediapertiwi,id,-Kepemimpinan yang berbasis spiritual memang akan cenderung mengedepankan laku yang genuine dan sibstantif (isoterik), kata Alimuddin dari IAIN Palopo (Journal of Islamic Education Management, Oktober, 2019. Vol 4. No.2 Hal 159-170). Kepuasan dan kemenangan, ketika pelaku spiritual yang sejati adalah ketika pemberdayaan (empowerment), memampukan (enable) mencerahkan (enlghten) dan membebaskan (liberation) orang atau lembaga yang kemudian bisa merasakan hasilnya. Karena itu sikap memberi akan senantiasa diposisikan lebih mulia dari pada menerima pemberian dari orang lain.
Agaknya, itulah hakikat dari Idhul Qurban. Karena kemurnian dan kualitas kepribadian semata-mata yang menjadi keridhoan Tuhan. Maka itu kontemplasi -- perenungan dan penghayatan -- perlu dilakukan secara terus.menerus dan berkala seperti saat melakukan ibadah wajib bagi kaum Muslimin yang taat.
Dasar pijakannya pun jika mengacu pada hadist Nabi, jelas disebutkan bahwa ; barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir (kiamat), hendaklah berkata yang baik atau diam. Atau, barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah meninggalkan apa-apa yang tiada berguna. Sebab hanya dengan begitu, laku spuritual bisa dilajukan dengan efisien dan efektif. Karena bagi seorang yang memiliki badus kepemimpinan spiritual waktu adalah spirit (Tuhan, roh, soul dan energi yang tidak boleh sia-sia).
Adapun cara kerja kepemimpinan spiritual yang efektif dan efisien yang tiada akhir itu tidak akan pernah membuat dirinya merasa lebih sibuk dan tidak juga membuatnya merasa repot untuk tetap memberi pertolongan bagi orang lain. Karena menolong itu merupakan bagian dari ibadah yang wajib sifatnya dalam perintah Allah untuk selalu berbuat baik sesama manusia, tanpa memandang agama maupun asal serta derajat orang per orang. Karena kemuliaan manusia di hadapan Tuhan adalah seberapa besar manfaat dari peran dan kehadirannya untuk memberi manfaat sebanyak mungkin bagi orang lain.
Jadi, tipe seorang pemimpin yang berbasis spiritual pun tidak elergi terhadap gerak perubahan, sekali pun perubahan itu akan menguncang posisi dan kekuasaannya. Sebab pemahaman terhadap kehadiran dirinya sebagai pemimpin memang untuk mendorong perubahan agar dapat terciptanya keadaan yang lebih baik dan lebih memberi kebahagiaan kepada orang banyak. Dan perubahan itu sendiri dapat dipahami sebagai bagian dari sunnatullah (hukum alam) yang akan selalu sesuai dengan siklus perubahan. Maka itu, pemimpin yang memiliki basis spiritual yang otentik dan kuat akan sangat dihormati dan dikagumi, bukan ditakuti. Karena pemimpin yang berbasis spiritual akan senantiasa dekat dan berada di dalam hati rakyat.
Basis kesadaran spiritual seorang pemimpin yang memiliki kekuatan atau karisma spiritual yang baik dan kuat, sangat paham bahwa kehadiran dirinya karena adanya umat. Sebab tidak ada pemimpin, karena ada umat. Pemimpin berbasis spiritual sangat menyadari bahwa eksistensi dirinya bisa tampil karena memiliki umat atau pengikut yang banyak. Jadi, tidak mungkin akan ada sosok seorang pemimpin jika dia tidak memiliki umat. Dan kekuatan seorang pemimpin -- apapun nama dan bentuk -- akan mempunyai kekuatan yang setara dengan kekuatan umat yang memberikan dukungan maupun kekuatan kepada dirinya. Hingga sosok seorang pemimpin berbasis spiritual penuh cinta dan kasih, penuh perhatian serta serius dan ikhlas mengutamakan kepentingan, kenyamanan dan keamanan dalam wujud kedamaian, keadilan untuk kesejahteraan, bagi umat dan rakyatnya bukan hanya sebatas lahiriah, karena yang lebih penting adalah hal-hal yang lebih bersifat batiniah.
Dengan kata lain, pemimpin yang khianat pada umat atau rakyat itu dapat segera dipastikan dia adalah pemimpin yang palsu. Bukan pemimpin yang boleh ditiru, apalagi hendak diberi dukungan. Karena yang lebih bagus dan pantas bagi pemimpin yang khianat dan zalim itu harus sesegera mungkin dapat dienyahkan.
Adapun ciri-ciri pemimpin yang yang tidak berbasis spiritual itu abai pada etik profetik, tidak bermoral, dan berakhlak buruk. Maka itu pemimpin yang abai terhadap laku dan pemahaman spiritual akan korup, ingkar janji, berbohong dan mengabaikan kepentingan bangsa dan negara dengan membiarkan bangsa asing mendikte dirinya membiarkan bangsa dan negara dijadikan korban.
Tangerang, 23 Juni 2023
Post a Comment