Etika Global & Etik Profetik
Mediapertiwi,id,-Etika global bukanlah sebagai sistem moral yang lengkap bagi para pemeluk berbagai agama, tapi hanya merupakan nilai, norma dan sikap besama untuk menata dunia agar bisa lebih baik dan tertib. Dan etika global pun tidak mereduksi agama ke level yang bersifat moral atau manusiawi.
Etika global tidak untuk menafikan karakteristik yang khas dari setiap agama, karenanya tidak akan mengancam keunikan dari setiap agama yang ada. Karena etika global hanya semacam konsensus bersama antar umat beragama sebagai langkah koperatif dan kritis untuk merumuskan tanggung jawab global (global responsibility) umat manusia dari belahan dunia manapun dan dari agama apapun.
Etika global bertolak dari asumsi tentang dunia dan agama yang sudah berubah. Karena dunia kini telah menjadi satu -- polisentris -- multikultural dan multi rigius. Oleh karens itu menjadi semakin relevan gagasan GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) untuk menyelrnggarakan acara pertemuan besar berbentuk persaudaraan para tokoh agama yang ada di berbagai negara-negara yang ada, beranjak dari nilai etik profetik -- ajaran dan tuntunan para Nabi, Rasul dan para Waliyullah -- sebagai pembawa nalai-nilai dan pesan-pesan moral yang bersifat illahiyah untuk menjadi pegangan umat manusia yang telah mengglobal dalam berbagai soal dan masalah pada semua bentuk aktivitas dan kegiatannya sehari-hari.
Etika dalam Islam adalah ilmu yang mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku atau perbuatan yang buruk -- yang rltidak sesuai dengan Al-Qur'an dan hadis.
Etika Islam (akhlāq Islāmiyah) atau adab adalah etika dan moral yang dianjurkan di dalam Islam dengan mengikuti contoh dari para Nabi. Sehingga dalam akidah Islamiyah tegas menyatakan manusia adalah makhluk yang paling sempurna akhlaknya, sekaligus makhluk yang mulia di muka bumi.
Betapa tingginya kedudukan manusia yang beradab dan berakhlak baik, karena disebutkan dalam Islam bahwa orang yang menafkahkan hartanya sungguh terpuji di hadapan Tuhan. Dan orang yang mampu menahan serta mengendalikan amarah (hawa nafsu) serta ikhlas memaafkan untuk kesalahan orang lain. Jadi betapa muluahya orang yang selalu berbuat kebajikan itu dihadapan Tuhan. Sehingga dengan sendirinya mulia pula dalam tata pergaulan sesama manusia yang lain.
Sosok para Nabi sendiri (sebagai pembawa ajaran dan tuntunan Langit) adalah utusan yang hendak menyempurnakan alhlak mulia manusia. Karena manusia terbaik dihadapan Allah SWT adalah manusia yang terbaik akhlaknya.
Anjuran dalam Islam agar setiap orang menjaga akhlak mulianya dalam bergaul dengan manusia lainnya. Seperti klaim ilmu filsafat, bahwa etika itu merupakan cabang utama filsafat yang meliputi perilaku yang benar dan hidup yang baik, sehingga diyakini para filsuf sebagai sesuatu yang maha penting daripada perilaku moral tradisional. Dan agama hanya diperlukan agar hidup dapat dijakani secara lebih etis. Karena itu, tatanan sosial yang kuat diyakini akan dapat terekat oleh kepatuhan umum dalam tradisi agama.
Dalam keyakinan Katolik, sepuluh perintah Tuhan yang dibawa Nabi Musa menjadi pedoman hidup yang wajib diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari umat untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akherat. Sikap cinta dan kasih terhadap Allah maupun terhadap manusia yang menjadi hukum utama bagi gereja. Semua perintah Allah tersebut menjadi hukum yang diakui oleh manusia yang mendapatkan bimbingan pada yang baik serta memberi teguran -- termasuk untuk diri sendiri -- jika berbuat tidak baik. Begitulah suara hati yang acap tersesat.
Sama halnya dengan etika Kristen bahwa kebenaran firman Allah seperti yang termuat dalam Alkitab diyakini sebafai sesuatu yang sangat erat kaitannya dengan firman Tuhan. Artinya, sesuatu yang benar itu tidak pernah akan bertentangan dengan firman yang ada. Adapun keyakinan kepada ketiga sumber etika dalam Kristen itu meliputi Alkitab, Akal budi, Tradisi Gereja dan hati nurani. Jadi, akal budi sebagai salah satu sumber dari etika Kristen, karena akal budi dioercaya sebagai pemberian Tuhan yang mampu membedakan antara yang baik dan yang jahat.
Bahkan etika atau tata susila dalam perspektif Hindu menjadi tuntunan yang patut dan wajib diikuti dan yang wajib dihindari. Etika yang wajib diikuti itu diantaranya seperti Tri Kaya Parisuddha, Tri Hita Karana, Twam Asi dan lain-lain yang tak kalah penting dan perlu untuk mendapatkan perhatian.
Dasar moralitas dalam ajaran Hindu adalah Bhagavadgita yang meliputi Brahman, Atman, Prakirti, kaka dan karma. Sekiranya pun harus mengacu pada etika Kong Hu Chu yang dikenal dangan kata Li sebagai adat istiadat itu, jelas meliputi pengertian manusia dan ketertiban alam. Sejingga agama sebagai suatu sistem yang mengatur tata keimanan atau kepercayaan manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa, persis seperti yang tekah dijadikan sila pertama dari Pancasila itu, karenanya wajar bila Pancasila krmudian menjadi falsafah bangsa bahjan ideoligi bagi negara Indonesia.
Jadi pada dasar utamanya semua agama -- Samawi (langit) maupun Ardhi (Bumi) -- adalah tatanan nilai etik global yang kemudian disepakati itu. bersumber dari nilai-nilai terbaik dan terluhur dari masing-masing pertautan agama yang satu dengan agama yang lain, dan memberi peluang untuk menawarkan nilai-nilai terbaik, sehingga sangat mungkin dapat menyingkirkan usungan nilai yang buruk dan tidak terpuji.
Jadi etika global hanya mungkin dimulai dari Etik Profetik dan bermuara pada etik profetik juga. Karena hanya melalui pertautan ajaran dan tuntunan yang baik -- dan selalu menghindari dari perbuatan buruk -- maka seperi yang dijadikan tuntunan dari semua agama langit (Samawi), sehingga sikap rendah hati dan saling menghargai pihak lain akan mengujuhkan tata peradaban baru manusia akan segera terwujud.
Masalahnya sekarang tinggal percepatan dari gerakan kesadaran dan pemahaman spiritual seperti yang digagas sekaligus dimotori oleh GMRI perlu disambut dan didukung oleh semua pihak yang mendambakan peradaban baru manusia di bumi yang bertumbuh dan berperan lebih baik yang selaras dan harmoni hingga sinkron dengan keinginan (kesadaran) bersama untuk masa depan umat manusia yang lebih beradab di muka bumi.
Nagrak, 13 Mei 2023.
Post a Comment