Praktik Baik Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan
Mediapertiwi,id,Jakarta-Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Ditjen PAUD Dikdasmen) telah meluncurkan Merdeka Belajar Episode ke-24: Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan pada 28 Maret 2023. Kebijakan tersebut dikeluarkan untuk meluruskan miskonsepsi di tengah masyarakat tentang kemampuan baca, tulis, hitung (calistung) pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan pendidikan dasar kelas awal. Selain itu, kebijakan ini ditujukan untuk mendorong kesadaran bersama akan pentingnya membangun kemampuan fondasi pada anak secara bertahap, agar manfaat baik dari pembelajaran tercapai.
Direktur Sekolah Dasar (SD) Kemendikbudristek, Muhammad Hasbi, mengungkapkan bahwa dalam gerakan Merdeka Belajar Episode ke-24 terdapat tiga target perubahan yang diharapkan dapat tercapai di tahun ajaran baru. Target tersebut yaitu menghilangkan tes calistung dalam masa penerimaan siswa baru, menerapkan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), serta berharap satuan PAUD dan SD dapat menerapkan sistem pembelajaran yang menyenangkan untuk membangun kemampuan fondasi.
“Guru diharapkan dapat melakukan strategi pembelajaran yang aktif, eksploratif, interaksi positif, dan menyenangkan. Selain itu juga tidak menerapkan asesmen baik itu lisan atau tertulis untuk menghindari stress yang berlebihan pada anak, dan melaporkan perkembangan anak kepada orang tua atau wali sehingga tercipta komunikasi antara sekolah dengan keluarga,” ujar Muhammad Hasbi dalam Webinar Silaturahmi Merdeka Belajar yang ditayangkan secara langsung melalui kanal YouTube Kemendikbud RI, Kamis (6/4).
Kepala SD Prof. Dr. Moestopo, Bandung, Masniari P. Pakpahan, dalam kesempatan yang sama mengatakan bahwa penerapan praktik baik yang dilakukan oleh guru kepada siswa diharapkan menghasilkan anak-anak yang tumbuh dengan percaya diri dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Ia turut menyampaikan dukungannya pada gerakan ini termasuk mengenai kebijakan untuk tidak memberlakukan tes calistung dalam penerimaan peserta didik baru.
“Sejak didirikan oleh Lailah Moestopo, SD Prof. Dr. Moestopo tidak memberlakukan tes calistung dalam penerimaan peserta didik baru. Sekolah kami lebih menekankan pendidikan yang sesuai dengan usia perkembangan anak yaitu sikap atau attitude, pengetahuan, keterampilan,” ujar Masniari.
Sementara itu, Ketua Yayasan Pendidikan Sekolah Kembang (PAUD dan SD), Lestia Prima, dalam webinar tersebut turut mengungkapkan strategi dalam masa perkenalan peserta didik baru di Sekolah Kembang. Salah satunya dengan menciptakan komunikasi intens antara siswa dan calon siswa, kemudian guru dan para orang tua calon siswa Sekolah Kembang.
“Guru diharapkan dapat melakukan strategi pembelajaran yang aktif, eksploratif, interaksi positif, dan menyenangkan. Selain itu juga tidak menerapkan asesmen baik itu lisan atau tertulis untuk menghindari stress yang berlebihan pada anak, dan melaporkan perkembangan anak kepada orang tua atau wali sehingga tercipta komunikasi antara sekolah dengan keluarga,” ujar Muhammad Hasbi dalam Webinar Silaturahmi Merdeka Belajar yang ditayangkan secara langsung melalui kanal YouTube Kemendikbud RI, Kamis (6/4).
Kepala SD Prof. Dr. Moestopo, Bandung, Masniari P. Pakpahan, dalam kesempatan yang sama mengatakan bahwa penerapan praktik baik yang dilakukan oleh guru kepada siswa diharapkan menghasilkan anak-anak yang tumbuh dengan percaya diri dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Ia turut menyampaikan dukungannya pada gerakan ini termasuk mengenai kebijakan untuk tidak memberlakukan tes calistung dalam penerimaan peserta didik baru.
“Sejak didirikan oleh Lailah Moestopo, SD Prof. Dr. Moestopo tidak memberlakukan tes calistung dalam penerimaan peserta didik baru. Sekolah kami lebih menekankan pendidikan yang sesuai dengan usia perkembangan anak yaitu sikap atau attitude, pengetahuan, keterampilan,” ujar Masniari.
Sementara itu, Ketua Yayasan Pendidikan Sekolah Kembang (PAUD dan SD), Lestia Prima, dalam webinar tersebut turut mengungkapkan strategi dalam masa perkenalan peserta didik baru di Sekolah Kembang. Salah satunya dengan menciptakan komunikasi intens antara siswa dan calon siswa, kemudian guru dan para orang tua calon siswa Sekolah Kembang.
“Sebelum calon siswa menjadi siswa Sekolah Kembang, para calon siswa berkunjung dan kami perkenalkan dengan lingkungan sekolah serta calon kakak kelasnya. Selanjutnya, kami membuat pertemuan para guru dengan orang tua calon siswa di dalam kelas untuk saling mengenal,” ungkap Lestia Prima.
Ketua Yayasan Sekolah Bukit Aksara dan Pendiri Sinau Teacher Training, Yuliati Siantajani menegaskan, bahwa para guru harus sadar, siswa saat ini memiliki gaya belajar yang berbeda dengan siswa di masa lalu. Saat ini, para guru harus melakukan perubahan dalam melakukan pembelajaran agar siswa dapat belajar dengan perasaan senang.
“Dengan kesadaran dan perubahan mindset, guru akan dengan sendirinya melakukan perubahan dalam melakukan pembelajaran,” terang Yulianti Siantani.
Sebagai penutup diskusi, Muhammad Hasbi selaku Direktur SD Kemendikbudristek, menambahkan bahwa satuan pendidikan bisa mengambil peran dalam menyukseskan program Merdeka Belajar Episode ke-24 dengan cara memberikan booklet informatif kepada semua ekosistem pendidikan. Selain itu, dalam penerapan kebijakan ini satuan pendidikan juga dapat menggunakan alat bantu yang diberikan Kemendikbudristek, dan melaporkan semua perubahan yang terjadi di satuan pendidikan melalui aksi nyata di Platform Merdeka Mengajar.
Muhammad Hasbi juga berpesan kepada seluruh pemangku kepentingan terkait Merdeka Belajar Episode ke-24: Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan, bahwa kemampuan fondasi adalah seperangkat kemampuan yang dibutuhkan anak-anak untuk menghadapi dunia yang semakin destruktif saat ini.
“Mari dukung kebijakan ini, dan jangan merampas hak anak kita untuk memperoleh kemampuan fondasi mulai dari jenjang PAUD sampai SD kelas awal,” pesan Hasbi. (Prima, Editor: Seno)
Ketua Yayasan Sekolah Bukit Aksara dan Pendiri Sinau Teacher Training, Yuliati Siantajani menegaskan, bahwa para guru harus sadar, siswa saat ini memiliki gaya belajar yang berbeda dengan siswa di masa lalu. Saat ini, para guru harus melakukan perubahan dalam melakukan pembelajaran agar siswa dapat belajar dengan perasaan senang.
“Dengan kesadaran dan perubahan mindset, guru akan dengan sendirinya melakukan perubahan dalam melakukan pembelajaran,” terang Yulianti Siantani.
Sebagai penutup diskusi, Muhammad Hasbi selaku Direktur SD Kemendikbudristek, menambahkan bahwa satuan pendidikan bisa mengambil peran dalam menyukseskan program Merdeka Belajar Episode ke-24 dengan cara memberikan booklet informatif kepada semua ekosistem pendidikan. Selain itu, dalam penerapan kebijakan ini satuan pendidikan juga dapat menggunakan alat bantu yang diberikan Kemendikbudristek, dan melaporkan semua perubahan yang terjadi di satuan pendidikan melalui aksi nyata di Platform Merdeka Mengajar.
Muhammad Hasbi juga berpesan kepada seluruh pemangku kepentingan terkait Merdeka Belajar Episode ke-24: Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan, bahwa kemampuan fondasi adalah seperangkat kemampuan yang dibutuhkan anak-anak untuk menghadapi dunia yang semakin destruktif saat ini.
“Mari dukung kebijakan ini, dan jangan merampas hak anak kita untuk memperoleh kemampuan fondasi mulai dari jenjang PAUD sampai SD kelas awal,” pesan Hasbi. (Prima, Editor: Seno)
Post a Comment