Kepala Bappelitbangda Andi PallawarukkaMembuka Sosialisasi Analisis Bottleneck Upaya Pencegahan Perkawinan Anak Usia Dini
Mediapertiwi,co.(wajo Sulsel) - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Kabupaten Wajo Andi Pallawarukka, mewakili Bupati Wajo menghadiri dan membuka sosialisasi analisis Bottleneck Upaya Pencegahan Perkawinan Anak.
Analisis Bottleneck Pencegahan Perkawinan Anak “Program Berani” dilaksanakan di Aula Pertemuan Hotel Sermani Sengkang, Selasa, 21 September 2021 dilaksanakan Lembaga Pemberdayaan Perempuan (LPP) Bone kerjasama dengan UNICEF dan digelar selama 2 hari.
Hadir dalam kegiatan tersebut, Kepala UNICEF Perwakilan Wilayah Sulawesi Maluku Hengky Wijaya dan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Prov Sulsel, Hj. Fitriah Zainuddin.
Selain itu juga dihadiri secara virtual oleh Perwakilan Kedutaan Besar Kanada, Novi Anggraini.
Kepala Bappelitbangda Andi Pallawarukka menyampaikan apresiasi dan terimakasih kepada UNICEF yang telah memilih Kabupaten Wajo dalam
Analysis Bottleneck Pencegahan Perkawinan Anak. Pasalnya Wajo merupakan urutan ke II angka perkawinan anak.
“Kegiatan Analysis Bottleneck ini sangat dibutuhkan untuk bagaimana mengentaskan perkawinan anak di Bumi Lamaddukkelleng ini,” ujarnya.
Menurutnya, permasalahan perkawinan anak usia dini ini langsung menyentuh tiang negara. Karena permasalahan ini menjadi ancaman bagi
keluarga. Kalau keluarga lemah jangan harap negara bisa kuat. Pasalnya salah-satu penyebab terjadinya perkawinan anak karena keluarga lemah.
“Dalam mencegah perkawinan anak harus diikuti kemapuan membentuk keluarga yang baik,” ungkapnya.
Pallawaukka mengharapkan, Analysis Bottleneck selama dua hari ke depan mendapatkan hasil yang lebih baik untuk bisa meminimalisir dan bahkan mencegah perkawinan anak dibawah umur.
Sementara, Kepala UNICEF Perwakilan Wilayah Sulawesi Maluku Hengky Wijaya mengungkapkan, kalau memilih Kabupaten Wajo, karena
tingginya angka perkawinan anak.
Hengky Wijaya menyebutkan bahwa, berdasarkan data tahun 2019, angka perkawinan anak di Wajo tinggi mencapai 24 persen. Sementara rata-rata angka perkawinan anak Sulsel hanya 12 persen.
“Untuk mencegah dan mengantisipasi perkawinan dini, Pemprov sejak 2018 telah mengeluarkan Pergub terkait dengan pencegahan perkawinan anak,” ujarnya.
Hengky mengharapkan melalui analysis Bottleneck, ada solusi yang bisa dihasilkan untuk bagaimana angka perkawinan anak ini bisa dicegah.
“Pengalaman di Bone, salah-satu upaya yang dilakukan adalah mengentaskan anak putus sekolah. Pasalnya anak putus sekolah ini menjadi salah-satu penyebab perkawinan dini,” pungkasnya. (red,hpw).
Post a Comment